cerita ke-9
Perlombaan yang mengejutkan
Suatu hari cerah, ada perlombaan antara berbagai binatang pengisi hutan, semuanya pamer kekuatan. Harimau memamerkan taringnya, monyet memamerkan loncataannya, beruang menunjukkan kekuatan cakar dan tarinya, kuda menunjukkan kekuatan dan daya tahan larinya, singa menunjukkan kegimbalan rambut, taring kuat dan kukunya tajam. Jelasnya masing-masing unjuk kekuatan. Adapun jurinya ialah babah kancil yang terkenal cerdik dan sedikit licik tapi bijak. Memang dalam lomba itu yang diujikan hanya empat hal. Hal kecepatan, hal kekuatan, dan hal keberanian dan kecerdikan
Semua
binatang yang ikut perlombaan sudah terdaftar dan terceklis bila sudah
menunjukkan bakatnya masing masing di panggung kehormatan. Tinggal dua calon
lagi yang belum unjuk muka. Sang paman gajah dan sang Singa. Kedua binatang ini
ditunggu dan dinanti, pasalnya tahun kemarin mereka bersaing kuat dalam adu
bakat dan kekuatan ini. Waktu itu paman gajah menjadi juara. Paman gajah karena
sering olah raga telah unggul satu poin dibanding paman singa, paman gajah bisa
bisa mengangkat beban beda satu kilo dengan singa, jadi menang tipis.
Tak lama kemudian datanglah singa sang calon
juara itu. Kedatanganya cukup membuat seisi peserta lomba takut dan terdiam.
Auuumm arrrakh.. demikian singa mengluarkan pamornya. Semua binatang bersorak.
Ayoo singa ayoo singa kata mereka. Tak lama kemudian datanglah gajah sang juara
bertahan: Tak lain ialah paman gajah, tapi kali ini paman gajah tidak dengan
dandanan untuk bertanding. Sang singa sementara itu sudah siap bertanding dan
mengaum aum mengajak tanding sang paman gajah. Tapi sang gajah tidak
menunjukkan tanda tanda akan adu kekuatan dengan singa, terlihat santai saja. Malahan
sang gajah berdehem dehem saja. Deheman gajah berbeda dengan manusia tentunya.
“Oia kawan
kawan seantero pengisi hutan”, demikian umum paman gajah. “Kali ini saya tidak
akan bertanding.” Semua penghuni hutan melongo, tidak percaya pada ucapan paman
gajah. Sang juara yang rupanya tak dapat diharapkan jadi juara lagi. “Ehem ehem,
tapii..” paman gajah melanjutkan, yang akan menjadi pengganti saya adalah ini
dia: keponakan saya. Uuuu..mirip ceracau terdengar dari sana sini teriakan tanda tak
setuju, ada pula saling tatap dengan binatang lainnya barangkali dalam pikiran
mereka menyimpan tanda tanya tanda seru atau tanda pagar, mereka menerka
menanya dan bingung akhirnya.
Baiklah baiklah,
terdengar dari pinggir sana mbah kancil memberikan upaya menengahi. Baik sekarang
mari kita lihat dan buktikan apakah keponakan gajah ini akan mampu menandingi
sang singa. Dari tadi terbukti tak sebinatang pun mampu menandingi kejagoan
singa. Skor sang singa 95 sementara yang lain di bawah itu kata mbah kancil. Ayo
keponakan gajah tunjukkan kemahiranmu pada kami.
Keponakan gajah
tak berkata apa-apa, ia grogi rupanya. Dari tadi ia juga bingung pasalnya paman
gajah mengajaknya untuk menonton pertandingan bukan menjadi atlit yang
bertanding.
Gong pertandingan
pun di mulai, singa waktu itu menunjukkan taringnya yang panjang, sementara
keponakan gajah hanya diam saja. Penonton pun sorak sorai dan menggerutu kenapa
sang keponakan gajah tak berbuat apa apa. Akhirnya skor pun milik sang singa.
Demikia tiap
tahap pertandingan dan lagi lagi sang singa yang menang sebab sang keponakan
gajah tak melakukan perlawanan, alhasil kemenangan mutlak di tangan sang singa.
Paman gajah
tak bereaksi apa-apa ketika ditanya oleh masyarakat binatang mengapa menjagokan
keponakannya yang tak bisa apa-apa. Dan tibalah kesempatan untuk sang juara dan
yang kalah berbicara.
Dengan
panjang lebar sang singa menceritakan perjuangannya olah tubuh olah suara, ia
menyebab akibatkan bahwa kemenangannya merupakan hasil perjuagannya tanpa henti
siang malam. Dan semuanya pun bersorak dan mengucapkan selamat atas
kemenanangan sang singa.
Tibalah sang
keponakan gajah untuk angkat bicara, wartawan dari hutan pers sudah siap sedia
dengan rekamannya. : ehem,, wahai kawan kawan dengarkanlah.
Para penghuni
hutan diam semua, ingin mendengarkan kenapa kenapa sang keponakan tak
menunjukkan kepiawaiannya dalam lomba tadi.
Begini kawan
kawan, saya adalah gajah, paman kuning adalah harimau, diantara kalian ada
monyet, ada beruang, berang berang , buaya, dan lain sebagainya, kalian
sesugguhnya beda, dan istimewa. Saya tidak bisa mengalahkan singa, singa pun
tak bisa mengalahkan saya. Saya memilik belalai dan singa tidak memilik belalai
tapi punya bentuk hidung dan rambut yang istimewa. Oleh karena itu saya kira
perlombaan ini tidak perlu dilanjutkan lagi, baiknya kita menjadi diri masing
masing. Karena kita istimewa.
Semuanya terdiam
dan terlihat mengiakan perkataan sang keponakan gajah.
Akan tetapi
tetap saja trofi kemenangan sekarang di tangan sang sing. Meskipun begitu
sekarang setiap binatang menyadari betul bahwa setiap dari mereka istimewa.
0 komentar:
Posting Komentar