Minggu, 05 Agustus 2018

Lomba ketangkasan

Posted by catatanharianbunda on Agustus 05, 2018 with No comments

cerita ke-9

Perlombaan yang mengejutkan



Suatu hari cerah, ada perlombaan antara berbagai binatang pengisi hutan, semuanya pamer kekuatan. Harimau memamerkan taringnya, monyet memamerkan loncataannya, beruang menunjukkan kekuatan cakar dan tarinya, kuda menunjukkan kekuatan dan daya tahan larinya, singa menunjukkan kegimbalan rambut, taring kuat dan kukunya tajam. Jelasnya masing-masing unjuk kekuatan. Adapun jurinya ialah babah kancil yang terkenal cerdik dan sedikit licik tapi bijak. Memang dalam lomba itu yang diujikan hanya empat hal. Hal kecepatan, hal kekuatan, dan hal keberanian dan kecerdikan

Semua binatang yang ikut perlombaan sudah terdaftar dan terceklis bila sudah menunjukkan bakatnya masing masing di panggung kehormatan. Tinggal dua calon lagi yang belum unjuk muka. Sang paman gajah dan sang Singa. Kedua binatang ini ditunggu dan dinanti, pasalnya tahun kemarin mereka bersaing kuat dalam adu bakat dan kekuatan ini. Waktu itu paman gajah menjadi juara. Paman gajah karena sering olah raga telah unggul satu poin dibanding paman singa, paman gajah bisa bisa mengangkat beban beda satu kilo dengan singa, jadi menang tipis.
 Tak lama kemudian datanglah singa sang calon juara itu. Kedatanganya cukup membuat seisi peserta lomba takut dan terdiam. Auuumm arrrakh.. demikian singa mengluarkan pamornya. Semua binatang bersorak. Ayoo singa ayoo singa kata mereka. Tak lama kemudian datanglah gajah sang juara bertahan: Tak lain ialah paman gajah, tapi kali ini paman gajah tidak dengan dandanan untuk bertanding. Sang singa sementara itu sudah siap bertanding dan mengaum aum mengajak tanding sang paman gajah. Tapi sang gajah tidak menunjukkan tanda tanda akan adu kekuatan dengan singa, terlihat santai saja. Malahan sang gajah berdehem dehem saja. Deheman gajah berbeda dengan manusia tentunya.
“Oia kawan kawan seantero pengisi hutan”, demikian umum paman gajah. “Kali ini saya tidak akan bertanding.” Semua penghuni hutan melongo, tidak percaya pada ucapan paman gajah. Sang juara yang rupanya tak dapat diharapkan jadi juara lagi. “Ehem ehem, tapii..” paman gajah melanjutkan, yang akan menjadi pengganti saya adalah ini dia: keponakan saya. Uuuu..mirip ceracau  terdengar dari sana sini teriakan tanda tak setuju, ada pula saling tatap dengan binatang lainnya barangkali dalam pikiran mereka menyimpan tanda tanya tanda seru atau tanda pagar, mereka menerka menanya dan bingung akhirnya.
Baiklah baiklah, terdengar dari pinggir sana mbah kancil memberikan upaya menengahi. Baik sekarang mari kita lihat dan buktikan apakah keponakan gajah ini akan mampu menandingi sang singa. Dari tadi terbukti tak sebinatang pun mampu menandingi kejagoan singa. Skor sang singa 95 sementara yang lain di bawah itu kata mbah kancil. Ayo keponakan gajah tunjukkan kemahiranmu pada kami.
Keponakan gajah tak berkata apa-apa, ia grogi rupanya. Dari tadi ia juga bingung pasalnya paman gajah mengajaknya untuk menonton pertandingan bukan menjadi atlit yang bertanding.
Gong pertandingan pun di mulai, singa waktu itu menunjukkan taringnya yang panjang, sementara keponakan gajah hanya diam saja. Penonton pun sorak sorai dan menggerutu kenapa sang keponakan gajah tak berbuat apa apa. Akhirnya skor pun milik sang singa.
Demikia tiap tahap pertandingan dan lagi lagi sang singa yang menang sebab sang keponakan gajah tak melakukan perlawanan, alhasil kemenangan mutlak di tangan sang singa.
Paman gajah tak bereaksi apa-apa ketika ditanya oleh masyarakat binatang mengapa menjagokan keponakannya yang tak bisa apa-apa. Dan tibalah kesempatan untuk sang juara dan yang kalah berbicara.
Dengan panjang lebar sang singa menceritakan perjuangannya olah tubuh olah suara, ia menyebab akibatkan bahwa kemenangannya merupakan hasil perjuagannya tanpa henti siang malam. Dan semuanya pun bersorak dan mengucapkan selamat atas kemenanangan sang singa.
Tibalah sang keponakan gajah untuk angkat bicara, wartawan dari hutan pers sudah siap sedia dengan rekamannya. : ehem,, wahai kawan kawan dengarkanlah.
Para penghuni hutan diam semua, ingin mendengarkan kenapa kenapa sang keponakan tak menunjukkan kepiawaiannya dalam lomba tadi.
Begini kawan kawan, saya adalah gajah, paman kuning adalah harimau, diantara kalian ada monyet, ada beruang, berang berang , buaya, dan lain sebagainya, kalian sesugguhnya beda, dan istimewa. Saya tidak bisa mengalahkan singa, singa pun tak bisa mengalahkan saya. Saya memilik belalai dan singa tidak memilik belalai tapi punya bentuk hidung dan rambut yang istimewa. Oleh karena itu saya kira perlombaan ini tidak perlu dilanjutkan lagi, baiknya kita menjadi diri masing masing. Karena kita istimewa.
Semuanya terdiam dan terlihat mengiakan perkataan sang keponakan gajah.
Akan tetapi tetap saja trofi kemenangan sekarang di tangan sang sing. Meskipun begitu sekarang setiap binatang menyadari betul bahwa setiap dari mereka istimewa.

0 komentar:

Posting Komentar