Minggu, 05 Agustus 2018

Terimakasih semut

Posted by catatanharianbunda on Agustus 05, 2018 with No comments





Suatu hari nun di hutan ana ada sekelompok gajah yang sedang merumput. Sekawanan gajah itu kurang lebih ada sepuluh ekor. satu paman gajah satu bibi gajah dan satu keponakan gajah, mereka semua bersaudara, akan tetapi persaudaraan mereka tidak diceritakan di sini, melainkan yang akan menjadi bahan cerita saja. Paman bibi dan keponakan. Sang keponakan gajah tubuhnya kecil usianya baru dua tahun. Kecil menurut gajah berbeda dengan kecil menurut versi manusia. Paman gaja perawakannya besar bahkan gendut tapi yang paling gendut adalah bibi gajah. Demikian mereka bertiga, memisahkan diri sedikit lebih jauh dari kelompokknya. 

Sang ponakan gajah: awas paman hati-hati istirahatnya jangan sampai mengenai rumah semut.
sang paman menjawab: biar saja lo, salah mereka sendiri, membuat rumah dekat dengan kebun kita
Ponakan: ia tetapi jangan begitu paman, mereka pun punya hak untuk hidup, mereka tetangga kita biarpun kecil. 

Bibi Gajah: ia betul. Betul sekali apa yang dikatakan oleh ponakan kita pak. Jangan sampai mengusik ketenteraman keluarga semut.
Tanpa panjang bicara sang paman gajah pun bergeser dari tempat duduknya, hampir hampir menyenggol rumah semut.

Ada suara ketiga, yang nyaris tak terdengar menyahut. Suara itu tampaknya datang dari gundukan tanah dekat tempat istirahat paman gajah.

“wahai ponakan gajah terimakasih sudah memberikan kenyamanan kepada kami, kami memang butuh perlindungan dari kalian makhluk yang besar”. Rupanya suara itu tak lain ialah suara ratu semut. “kami akan menghargai kalian dan akan membantu kalian bila dalam kesulitan.
mendengar suara itu paman gajah tertawa hahaha. Tertawanya mirip dengan raungan atau mirip terompet yang membuat pekak telinga pendengar. “ tidak mungkin kalian dapat menolong kami yang besar ini, kalian kan kecil bagaimana bisa menolong kami yang besar besar ini.. haha”, paman gaja terdengar berteriak ditelinga semut.
“suat saat nanti wahai paman gajah, karena bagaimana pun kita makhluk yang saling membutuhkan, demikia kata ibu semut.
Waktu berlalu, musim bersambut Paman Gajah, bibi gajah bahkan sang keponakan gajah bisa jadi sudah melupakan perkataan mereka kepada ibu semut. Atau bahkan karena Gajah memang memiliki daya ingat hebat, mereka tidak pernah melupakan apa yang telah mereka katakan pada ibu semut.

Toloong tolooong, bibi Gajah  telihat terbirit biri sembari berteriak minta tolong menuju sekelompok gajah yang biasa merumput di hutan itu. :ada apa-ada apa? Kata seekor gajah berwarna agak kehitaman. Itu keponakanku terjerumus ke dalam lubang. Dengan kompak pasukan gajah pun memburu gajah kecil yang memerlukan bantuan. Bantuan pun dilakukan, mereka dengan tenaga yang besar mendorong-dorong gajah kecil yang ketakutan tersebut.  Tapi sang gajah kecil malah tambah ketakutan. Dan akhirnya segala upaya pasukan gajah tidak membuahkan hasil.
Tiba tiba di ujung hutan sana ada segudukan makluk membawa pasir sebutir sebutir. Karena jumlah mereka ribuan butiran pasir pun sudah seperti gunung saja. Gunung kecil bahan bantuan pada gajah kecil. Siapa mereka? Ia betul mereka adalah pasukan semut. Mereka berduyun duyun membawa bala bantuan untuk menyelamatkan gajah kecil dengan membuat gundukan tanah untuk menopang atau menjadi jalan gajah kecil naik dari lubang tersebut.
Gajah kecil terselamatkan, ia bisa naik sendiri tanpa dorongan dari pasukan gajah. Gajah kecil berterimakasih pada semut semut tadi. Gajah kecil tak lupa bahwa ia ditolong oleh kebaikkannya dahulu telah memberikan ketenangan pada ibu semut dan keluarganya. Gajah kecil ingat betul bahwa kebaikkan sedikit pun akan memberikan manfaat yang besar di masa datang.
Paman Gajah berterimakasih pada ibu semut. Ia meminta maaf bila selama ini sikapnya kurang bagus pada keluarga semut.

0 komentar:

Posting Komentar